Kumpulan Situs Download Lagu Gratis Terbaru 2020, Gudang Lagu MP3

Senin, 21 Desember 2020

Bos Pertamina Beberkan Alasan Sektor Migas Defisit Meski Kelebihan Pasokan

Ilustrasi migas

JAKARTA - Defisit sektor minyak dan gas (migas) masih menjadi salah satu isu utama yang dihadapi Indonesia.


Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), lebih tingginya impor dibanding ekspor migas telah terjadi di Indonesia sejak 2004.


Bahkan, meskipun pandemi Covid-19 telah menurunkan permintaan terhadap migas, defisit masih saja terjadi hingga saat ini.


Padahal, Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati, mengatakan, Indonesia mengalami kelebihan pasokan atau oversupply migas.


"Namun, kenapa current account deficit terjadi di sektor migas," ujar Nicke dalam diskusi Outlook Perekonomian 2021, Selasa (22/12/2020).


Menurut Nicke, hal tersebut diakibatkan adanya ketidakselarasan antara produk migas yang dihasilkan dengan kebutuhan atau permintaan dalam negeri.


Oleh karenanya, industri migas memutuskan untuk melakukan ekspor terhadap produk-produk yang tidak sejalan tersebut, seperti batu bara dan gas.


"Namun, untuk memenuhi kebutuhan kita harus melakukan impor dari sisi minyak dan elpiji yang secara value ini menghasilkan defisit," kata dia.


Untuk mengatasi hal tersebut, Pertamina bersama dengan pemerintah tengah berupaya mendorong tingkat ketahanan energi nasional menjadi kemandirian energi.


"Kita sebagai negara harus mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan energi nasional," ucap Nicke.


Sebagai informasi, mengacu pada data BPS, sejak Januari 2020 hingga November 2020, sektor migas mengalami defisit sebesar 322,9 juta dollar AS.


Produk hasil minyak menjadi satu-satunya yang komoditas migas yang mengalami defisit, yakni sebesar 643 juta dollar AS.


[Source: Kompas]